Masa Depan Profesi Procurement di Indonesia: Menjawab Tantangan Digital dan Keberlanjutan

Profesi procurement atau pengadaan barang dan jasa tengah mengalami transformasi besar, baik secara global maupun di Indonesia. Dulu dipandang sebagai fungsi administratif semata, kini procurement menjadi garda depan dalam menciptakan nilai strategis bagi perusahaan—melalui efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan. Bagaimana tren ini berkembang, dan apa yang perlu dipersiapkan oleh profesional procurement di Indonesia?

1. Peran Strategis Procurement dalam Menciptakan Nilai Bisnis

Menurut laporan Deloitte Global Chief Procurement Officer (CPO) Survey 2023, lebih dari 70% CPO global memprioritaskan cost optimization dan resilience sebagai tujuan utama pengadaan. Laporan tersebut juga mencatat bahwa procurement kini tidak hanya fokus pada efisiensi biaya, tetapi juga pada kontribusi terhadap strategi jangka panjang, termasuk keberlanjutan dan mitigasi risiko rantai pasok.

Di Indonesia, transformasi serupa terjadi, khususnya di perusahaan multinasional dan BUMN. Divisi procurement mulai terlibat dalam perencanaan strategis, pemilihan vendor jangka panjang, dan kolaborasi lintas departemen untuk mendukung pencapaian ESG (Environmental, Social, and Governance) perusahaan.

2. Digitalisasi sebagai Penggerak Utama Transformasi

Digitalisasi procurement menjadi tren utama yang mempercepat efisiensi dan transparansi. Dalam laporan Deloitte Indonesia 2022: The Future of Procurement, disorot bahwa adopsi sistem e-procurement dan spend analytics berbasis teknologi telah membantu perusahaan mengurangi waktu proses pengadaan dan meningkatkan kontrol atas pengeluaran.

Sementara itu, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) juga telah mengembangkan sistem e-Katalog dan SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) untuk mendorong efisiensi dan akuntabilitas di sektor publik. E-katalog versi 5.0 yang diluncurkan pada 2023 mendukung prinsip value for money, memperluas produk lokal, dan meningkatkan transparansi.

3. Kebutuhan Keterampilan Baru: Dari Admin ke Analis Strategis

Perubahan peran procurement mendorong kebutuhan kompetensi baru. Menurut Deloitte, profesional procurement masa depan harus memiliki keterampilan di bidang:

  • Analisis data dan pengambilan keputusan berbasis data

  • Pemahaman ESG dan manajemen risiko rantai pasok

  • Kemampuan beradaptasi dengan platform digital dan AI tools

  • Kemampuan membangun kemitraan strategis dengan supplier

Sertifikasi seperti Certified Procurement Specialist kini mulai banyak diambil oleh profesional Indonesia untuk meningkatkan kredibilitas dan daya saing global.

4. Fokus pada Keberlanjutan dan Etika Pengadaan

Isu lingkungan dan keberlanjutan menjadi bagian dari proses pengadaan. LKPP telah mendorong pengadaan barang/jasa yang memperhatikan aspek ramah lingkungan dan produk dalam negeri, sejalan dengan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021.

Sektor swasta juga semakin memperhatikan green procurement, terutama bagi perusahaan yang mengikuti standar ESG global atau memiliki target dekarbonisasi. Procurement menjadi penjaga gawang yang memastikan vendor dan bahan baku sesuai dengan kebijakan keberlanjutan perusahaan.

Kesimpulan: Profesi Procurement Tidak Lagi Sama

Dengan masuknya era digital dan tuntutan ESG, profesi procurement di Indonesia telah bertransformasi dari fungsi administratif menjadi enabler strategis. Profesional pengadaan masa depan perlu menguasai teknologi, data, dan prinsip keberlanjutan, sambil tetap menjunjung prinsip transparansi dan efisiensi.

Bagi individu yang ingin berkarier di bidang ini, investasi pada pelatihan, sertifikasi, dan pemahaman lintas disiplin menjadi langkah krusial.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Kontrol Internal Jadi "Tembok Besar": Mengapa Banyak Organisasi Tumbuh Lambat Karena Terlalu Sibuk Mengunci Pintu

Ketika Pengawasan Membunuh Inisiatif: Menelisik Kelambanan Keputusan dalam Organisasi Yayasan

Ketika Nilai Kesopanan Hanya Jadi Slogan: Mengurai Fenomena Pimpinan Kasar di Organisasi